Minggu, 08 Maret 2009

Untuk Semua Merek
Road race skubek identik sekali dengan balap satu merek. Iya selalu didominasi Yamaha Mio. Seperti gelaran Matic Bike Race di Sirkuit Sentul, Desember tahun lalu. Hampir semua tim memakai Yamaha. Perbandingannya 95% Yamaha dan 5% merek lain. Padahal, balapan ini terbuka untuk semua merek.

Bisa jadi, meski bukan yang pertama nongol, Yamaha Mio skubek pertama yang langsung mengena pasar Indonesia. “Dan yang pasti Mio sangat enak diutak-atik. Konstruksi mesin sangat modifable alias gampang dimodif,” ucap Deden Gantar, pembalap skubek from Bandung.

Tidak Cuma itu, variasi dan part pendukung untuk Yamaha Mio sangat melimpah. Baik itu yang versi Thailand maupun lokal. Secara hitungan ekonomi juga lebih murah memodifikasi Yamaha Mio yang katanya buat cewek ABG itu.

Persoalannya, terjadi keributan di komunitas skubek ketika MOTOR Plus menerbitkan kisi-kisi regulasi kelas bore up 150 cc. Pengguna Yamaha Mio sangat tidak setuju jika stroke atau langkah piston diperbolehkan naik.

Dengan begitu, tim dan pembalap yang menggunakan Yamaha Mio seperti egois. Kan stroke Mio standar pabrik saja paling besar, yaitu 57,9 mm. Cukup pasang piston 57 mm akan didapat 147 cc. Artinya, layak turun kelas 150 cc. Bahkan liner silinder masih tebal, bisa pake seher lebih gede lagi.

Sementara tim yang menggunakan merek lain akan dirugikan. Cara satu-satunya buat mereka mendongkrak stroke. Seperti Honda Vario dan BeAT yang hanya 55 mm. Paling gede pakai piston 58 mm akan didapat 145 cc. Jika lebih dari itu, blok silinder jadi tipis, dikhawatirkan pecah atau tidak kuat balap.

Jika stroke tetap, pasti ditinggal lawan. Makanya Fredy yang mantan pegokart dan pereli mobil itu memberi kesempatan pemakai Vario dan BeAT untuk naik stroke. Seandainya, pin stroke variasi bisa dipakai kan naik 3 mm. Jadinya, stroke 58 mm. Supaya aman pakai piston 57 mm didapat kapasitas silinder 148 cc.

Begitupun pemakai Suzuki Spin atau Skywave. Untuk mengejar 150 cc dianjurkan juga ikut naik stroke. Kan stroke standar hanya 55,2 mm. Supaya murah tinggal menggunakan piston Suzuki Thunder 125. Tidak perlu modifikasi banyak lantaran lubang pin piston Spin dan Thunder 125 sama-sama 14 mm. Namun hanya didapat volume silinder 140 cc.

Untuk mengejar 150 cc, silakan stroke jadi 58,2 mm. Trus pakai piston Thunder 125 yang 57 mm otomatis didapat kapasitas silinder 148 cc. Pasti bejaban dengan Yamaha Mio. Begitu pertimbangannya.

STROKE MAKSIMAL NAIK 6 MM

Dari regulasi yang pernah ditulis, banyak juga yang bertanya. Menyangkut kalimat yang tertulis: Stroke maksimal naik 6 mm. Ini didapat dari memindahkan pin kruk as maksimal digeser 3 mm keluar. Hasilnya stroke maksimal hanya naik 6 mm kan?

Maksimal digeser 3 mm dengan pertimbangan pada kekuatan kruk as. Juga pada pertimbangan biaya yang dikeluarkan. Bahkan tidak perlu menggeser pin kruk as juga bisa dilakukan supaya murah dan tidak merusak kruk as. Caranya menggunakan pin stroke variasi.

“Pin stroke variasi juga maksimal 3 mm yang bagus. Langkah piston akan naik jadi 6 mm,” jelas Yesi Liga Siswanto alias Coki, bos dari Kawahara Racing yang menjual pin stroke untuk Vario dan Mio ini.

Penulis/Foto : Aong/David

Tidak ada komentar:

Posting Komentar